PEMANFAATAN BUNGA KECOMBRANG (Nicolaia speciosa) MENJADI KERUPUK: TINJAUAN SIFAT FISIKOMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK
Utilisation of Kecombrang (Nicolaia Speciosa Horan) Crackers: A Study of Their Physico-Chemical and Organoleptic Properties
DOI:
https://doi.org/10.61105/jieti.v1i2.59Keywords:
kerupuk, bunga kecombrang, tapioka, protein, total seratAbstract
Bunga Kecombrang secara tradisional banyak digunakan sebagai obat tradisional atau bahan masakan. Namun, dalam skala industri, olahan pangan menggunakan bahan bunga kecombrang masih jarang dilakukan. Pada olahan kerupuk, minyak atsiri yang terkandung dalam bunga kecombrang dapat memberikan aroma yang khas. Sedangkan warna yang lebih menarik didapatkan dari karoten. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan rasio konsentrasi bunga kecombrang dan tepung terigu, serta menghitung analisa kelayakan usahanya. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap, dengan satu faktor yaitu formulasi bunga kecombrang dan tepung tapioka, dengan ulangan sebanyak 3 kali, sehingga didapatkan 15 unit sampel. Analisis data menggunakan ANOVA untuk RAL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerupuk bunga kecombrang dengan kualitas terbaik diperoleh dari subtitusi bunga kecombrang 35% dan tepung tapioka 65%. Karakteristik kadar protein 3,04%, kadar total serat 5,93%, serta hasil uji hendonik panelis menunjukkan kesukaan rasa 2,55 (suka), warna 2,98 (suka), tekstur 2,43 (suka), aroma 2,83 (suka). Analisa usaha kerupuk bunga kecombrang adalah layak untuk diusahakan atau diproduksi dengan HPP sebesar Rp. 9.672,275 dan harga jual perkemasan Rp. 12.000 dengan keuntungan 15%. Keuntungan bersih perhari sebesar Rp. 23.277,25; BEP sebesar Rp. 2.159,58; serta RCR sebesar 1,240 yang artinya usaha kerupuk bunga kecombrang menguntungkan atau layak untuk diusahakan karena RCR>1.
Downloads
References
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah H. Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia ± Press. Jakarta.
Departemen Gizi Dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. 2007. Gizi Dan Kesehatan Masyarakat. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Haryadi. 1990. Pengaruh amilosa beberapa jenis pati terhadap pengembangan, higrokopitas dan sifat inderawi kerupuk. Laporan Penelitian. Fakultas teknologi Pertanian. UGM. Yogyakarta.
Lavlenesia. 1995. Kajian beberapa pengembangan volumetrik dan kerenyahan kerupuk ikan. Tesis Pogram Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Praptiningsih, Y., Tamtarin, dan S. Djulaikah. 2003. Pengaruh proporsi tapioka tepung gandum dan lama perebusan terhadap sifat - sifat kerupuk tahu. Jurnal FTP. Universitas Jember. Jember.
Soekarto, S. 1990. Penilaian Organoleptik. Jakarta : Bhatara Karya Aksara.
Standar Industri Indonesia. 1990. 0272-90. Kerupuk. Jakarta : Departemen Perindustrian.
Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 2010. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Wahyuni, M. 2007. Kerupuk tinggi kalsium: nilai tambah limbah cangkang kerang hijau melalui aplikasi teknologi tepat guna. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Winarno, F.G. 2008. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Wiriano, H. 1984. Mekanisme teknologi pembuatan kerupuk. Balai Pengembangan Makanan Phytokimia, Badan Penelitian dan Pengembangan Indusrti Departemen Perindustrian. Jakarta.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 bilmar gerson silitonga silitonga, wahyu mushollaeni, Atina Rahmawati

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.









